BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara etimologis, Epistemologi berasal dari kata Yunani, yakni episteme yang berarti pengetahuan logos yang berate perkataan, pikiran, ataupun ilmu. Oleh karena itu epistemology adalah salah satu cabang dari filsafat yang hendak membuat refleksi kritis terhadap dasar-dasar dari pengetahuan manusia. Oleh karena itu epistemology disebut juga sebagai teori pengetahuan.
Epistemologi adalah studi tentang pengetahuan ( adanya ) benda-benda. Epistemologi dapat juga berarti bidang filsafat yang menyelidiki sumber, syarat, proses terjadinya ilmu pengetahuan, batas validitas, dan hakikat pengetahuan.
Proses terjadinya pengetahuan adalah masalah yang amat penting dalam epistemology karena jawaban terhadap terjadinya pengetahuan akan membuat orang paham filsafatnya. Jawaban yang sederhana adalah berfilsafat a priori yaitu ilmu yang terjadi tanpa melalui pengalaman baik indera maupun batin, atau a posteriori yaitu ilmu yang terjadi karena adanya pengalaman.
Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia. Suatu peradaban, sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya. Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia, dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial. Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh, ilmu-ilmu mereka itu suatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmu dipandang dari keyakinan, kepercayaan dan sistem nilai mereka. Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi. Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara, karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi. Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam, sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi.
Demi kepentingan antisipasi terhadap meluasnya pengaruh Barat terhadap pendidikan Islam kendatipun terlambat, kita masih perlu meninjau sistem pendidikan Islam. Tampaknya, sistem pendidikan yang ada sampai saat ini masih menampakkan berbagai permasalahan berat dan serius yang memerlukan penanganan dengan segera. Dalam menangani permasalah ini tidak bisa dilakukan sepotong-potong atau secara parsial, tapi harus dilakukan secara total dan integratif berdasarkan petunjuk-petunjuk wahyu untuk menjamin arah pemecahan yang benar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Epistemologi?
2. Apa saja sumber-sumber pengetahuan?
3. Bagaimana Upaya Membangun Epistemologi Pendidikan Islam?
4. Apa pengaruh Epistemologi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui arti Epistemologi
2. Supaya dapat mengenal sumber-suber pengetahuan
3. Untuk dapat membangun Epistemologi pendidikan islam degan baik
4. Untuk mengetahui apa saja pengaruh Epistemologi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Epistemologi
Secara etimologis, Epistemologi berasal dari kata Yunani, yakni episteme yang berarti pengetahuan logos yang berate perkataan, pikiran, ataupun ilmu. Oleh karena itu epistemology adalah salah satu cabang dari filsafat yang hendak membuat refleksi kritis terhadap dasar-dasar dari pengetahuan manusia. Oleh karena itu epistemology disebut juga sebagai teori pengetahuan.
Epistemologi adalah studi tentang pengetahuan ( adanya ) benda-benda. Epistemologi dapat juga berarti bidang filsafat yang menyelidiki sumber, syarat, proses terjadinya ilmu pengetahuan, batas validitas, dan hakikat pengetahuan. Dengan filsafat kita dapat menentukan tujuan-tujua yang akan kita capai demi peningkatan ketenangan dan kesejahteraan hidup,pergaulan, dan berwarga Negara.
Gerakan epistemology di Yunani dipimpin oleh kelompok Sophi, yaitu orang yang secara sadar mempermasalahkan sesuatu. Dan kelompok sophis adalah yang paling bertanggung jawab atas keraguan itu. Oleh karena itu epistemology juga disamakan dengan suatu disiplin yang disebut Critica, yaitu pegetahuan sistematik mengenai criteria dan patokan untuk menentukan pengetahuan yang benar dan yang tidak benar.
Persoalan utama yang sering dihadapi oleh epistemology pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhatikan aspek ontology dan aksiologi masing-masing. Demikian juga yang dihadapi oleh epistemology keilmuan yakni bagaimana menyusun pengetahuan yang benar untuk menjawab berbagai permasalahan dunia empiric ( nyata ) yang akan digunakan sebagai alat untuk meramalkan dan mengontrol segala alam.
B. Sumber - sumber Pengetahuan
Proses terjadinya pengetahuan adalah masalah yang amat penting dalam epistemology karena jawaban terhadap terjadinya pengetahuan akan membuat orang paham filsafatnya. Jawaban yang sederhana adalah berfilsafat a priori yaitu ilmu yang terjadi tanpa melalui pengalaman baik indera maupun batin, atau a posteriori yaitu ilmu yang terjadi karena adanya pengalaman. Dengan demikian pengetahuan ini betumpu pada kenyataan objektif. Ada enam hal yang merupakan alat untuk mengetahui proses terjadinya pengetahuan, yaitu ;
1. Pengalaman Indera
Pengalaman indera adalah sumber pengetahuan yang menekankan pada kenyataan yakni semua yang dapat diketahui dan dirasakan oleh indera manusia.
2. Nalar
Nalar adalah salah satu corak berfikir dengan menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud untuk mendapatkan kesimpulan logis. Dan dari kesimpulan logis akan muncul sebuah pengetahuan baru. Hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan nalar adalah tentang asas berfikir sebagai berikut: asas kesamaan, asas pertentangan, dan asas tidak adanya kemungkinan yang ketiga.
3. Otoritas
Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu sumber ilmu karena pengetahuan suatu kelompok tertentu tergantung pada pengetahuan seseorang yang memiliki kewibawaan dan otoritas. Jadi ilmu pengetahuan yang terjadi karena adanya otoritas adalah ilmu yang terjadi melalui wibawa seseorang hingga orang lain mempercayainya sebagai sebuah pengetahuan.
4. Intuisi
Intuisi adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang berupa proses kejiwaan. Sumber pengetahuan jenis ini akan sulit dibuktikan secara empiris dan secara rasional.
5. Wahyu
Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh tuhan kepada nabi-Nya untuk kepentingan umatnya seseorang yang mempunyai pengetahuan melalui wahyu secara dogmatis akan melaksanakan dengan baik. Wahyu dapat dikatakan sebagai salah satu sumber pengetahuan, karena manusia mengenal sesuatu melalui kepercayaannya.
6. Keyakinan
Keyakinan adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui kepercayaan. Sesungguhnya antara wahyu dan keyakinan hampir tidak dapat dibedakan karena keduanya menggunakan kepercayaan. Perbedaannya adalah bahwa keyakinan terhadap wahyu yang secara dogmatis diikutinya adalah peraturan yang terdapat dalam agama, sedangkan keyakinan lebih bersifat inner faith atau kemampuan jiwa manusia yang merupakan pematangan dari kepercayaan.
C. Pengaruh Epistemologi
Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia. Suatu peradaban, sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya. Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia, dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial. Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh, ilmu-ilmu mereka itu suatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmu dipandang dari keyakinan, kepercayaan dan sistem nilai mereka. Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi. Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara, karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi. Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam, sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi. Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Demikian halnya yang terjadi pada teknologi. Meskipun teknologi sebagai penerapan sains, tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi.
Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru. Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis, yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu, perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu, dan sebagainya.
D. Sistem Epistemologi Pendidikan Islam
Sistem pendidikan merupakan rangkaian dari sub sistem-sub sistem atau unsur-unsur pendidikan yang saling terkait dalam mewujudkan keberhasilannya. Ada tujuan, kurikulum, materi, metode, pendidik, peserta didik, sarana, alat, pendekatan, dan sebagainya. Keberadan satu unsur membutuhkan keberadaan unsur yang lain, tanpa keberadaan salah satu di antara unsur-unsur itu proses pendidikan menjadi terhalang, sehingga mengalami kegagalan. Ketika satu unsur dominan mendapat pengaruh tertentu, pada saat yang bersamaan unsur-unsur lainnya menjadi terpengaruh. Kemudian kita bisa membayangkan, bagaimana mudahnya bagi pendidikan Barat modern mempengaruhi sistem pendidikan Islam dengan cara mempengaruhi substansi tujuan pendidikan Islam terlebih dahulu. Berawal dari penggarapan tujuan ini, untuk berikutnya akan lebih mudah mempengaruhi unsur-unsur lainnya.
Demi kepentingan antisipasi terhadap meluasnya pengaruh Barat terhadap pendidikan Islam kendatipun terlambat, kita masih perlu meninjau sistem pendidikan Islam. Tampaknya, sistem pendidikan yang ada sampai saat ini masih menampakkan berbagai permasalahan berat dan serius yang memerlukan penanganan dengan segera. Dalam menangani permasalah ini tidak bisa dilakukan sepotong-potong atau secara parsial, tapi harus dilakukan secara total dan integratif berdasarkan petunjuk-petunjuk wahyu untuk menjamin arah pemecahan yang benar.
Pendidikan yang dialami oleh seseorang senantiasa mempengaruhi cara berfikirnya, cakrawalanya, pandangannya tentang kehidupan, cara-cara dalam bekerja, maupun tehnik berkarya. Adapun secara kolektif, sistem pendidikan dapat mempengaruhi tatanan kehidupan masyarakat dan bernegara, baik menyangkut sosial, ekonomi, hukum, budaya dan lain-lain.
Kata Islam yang terangkai dalam sistem pendidikan Islam tidak untuk formalitas, tetapi memiliki implikasi-implikasi yang jauh, di mana wahyu Allah, baik Al-quran maupun al-sunnah ditempatkan sebagi pemberi petunjuk ke arah mana proses pendidikan digerakkan, apa bentuk tujuan yang ingin dicapai, bagaimana cara mencapai tujuan itu, orientasi apa yang ingin dituju, dan lain-lain. Disamping itu, wahyu tersebut dijadikan alat memantau perkembangan pendidikan Islam apakah telah sesuai dengan petunjuk-petunjuknya atau telah menyimpang sama sekali dari petunjuk itu. Jadi, dalam sistem pendidikan Islam, wahyu diperankan secara aktif mendampingi akal.
E. Upaya Membangun Epistemologi Pendidikan Islam
Pengaruh pendidikan Barat terhadap pendidikan yang berkembang di hampir semua negara ternyata sangat kuat. Pengaruh ini juga menembus pendidikan Islam, sehingga sistem pendidikan Islam mengalami banyak kelemahan. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, para pakar pendidikan Islam dan para pengambil kebijakan dalam pendidikan Islam harus mengadakan pembaharuan-pembaharuan secara komprehensif agar terwujud pendidikan Islam ideal yang mencakup berbagai dimensi. Pada dimensi pengembangan terdapat kesadaran bahwa cita-cita mewujudkan pendidikan Islam ideal itu baru bisa dicapai bila ada upaya membangun epistemologinya.
Epistemologi pendidikan Islam ini, meliputi; pembahasan yang berkaitan dengan seluk beluk pengetahuan pendidikan Islam mulai dari hakekat pendidikan Islam, asal-usul pendidikan Islam, sumber pendidikan Islam, metode membangun pendidikan Islam, unsur pendidikan Islam, sasaran pendidikan Islam, macam-macam pendidikan Islam dan sebagainya. Dalam pembahasan ini epistemologi pendidikan Islam lebih diarahkan pada metode atau pendekatan yang dapat dipakai membangun ilmu pendidikan Islam, daripada komponen-komponen lainnya, karena komponen metode tersebut paling dekat dengan upaya mengembangkan pendidikan Islam, baik secara konsepteual maupun aplikatif.
Epistemologi pendidikan Islam ini perlu dirumuskan secara konseptual untuk menemukan syarat-syarat dalam mengetahui pendidikan berdasarkan ajaran-ajaran Islam. Syarat-syarat itu merupakan kunci dalam memasuki wilayah pendidikan Islam, tanpa menemukan syarat-syarat itu kita merasa kesulitan mengungkapkan hakekat pendidikan Islam, mengingat syarat merupakan tahapan yang harus dipenuhi sebelum berusaha memahami dan mengetahui pendidikan Islam yang sebenarnya. Setelah ditemukan syarat-syaratnya, langkah selanjutnya untuk dapat menangkap ”misteri pendidikan Islam” adalah dengan menyiapkan segala sarana dan potensi yang dimiliki para ilmuan atau pemikir, dalam kapasitasnya sebagai penggali khazanah dan temuan pendidikan Islam.
Oleh karena itu, epistemologi pendidikan Islam bisa berfungsi sebagai pengkritik, pemberi solusi, penemu dan pengembang. Melalui epistemologi pendidikan Islam ini, seseorang pemikir dapat melakukan : Pertama, teori-teori atau konsep-konsep pendidikan pada umumnya maupun pendidikan yang diklaim sebagi Islam dapat dikritisi dengan salah satu pendekatan yang dimilikinya. Kedua, epistemologi tersebut bisa memberikan pemecahan terhadap problem-problem pendidikan, baik secara teoritis maupun praktis, karena teori yang ditawarkan dari epistemologi itu untuk dipraktekkan. Ketiga, dengan menggunakan epistemologi, para pemikir dan penggali khazanah pendidikan Islam dapat menemukan teori-teori atau konsep-konsep baru tentang pendidikan Islam. Selanjutnya, yang keempat, dari hasil temuan-temuan baru itu kemudian dikembangkan secara optimal.
Mengingat epistemologi memiliki peran, pengaruh dan fungsi yang begitu besar, dan terlebih lagi sebagai penentu atau penyebab timbulnya akibat-akibat dalam pendidikan Islam, maka ada benarnya pendapat yang mengatakan ”Problem utama pendidikan Islam adalah problem epistemologinya. Sekiranya terjadi kelemahan atau kemunduran pendidikan Islam, maka epistemologi sebagai penyebab paling awal harus dibangun lebih dulu, dan melalui epistemologi juga, jika kita berkeinginan mengembangkan pendidikan Islam. Kekokohan bangunan epistemologi melahirkan ketahanan pendidikan Islam menghadapi pengaruh apapun, termasuk arus budaya Barat, dan mampu memberi jaminan terhadap kemajuan pendidikan Islam serta bersaing dengan pendidikan-pendidikan lainnya.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
1. Epistemologi Pendidikan Islam adalah upaya, cara, atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan pendidikan yang berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunah.
2. Pengaruh pendidikan Barat terhadap pendidikan Islam yaitu hanya maju secara lahiriyah, tapi kering secara rohaniyah. Ukuran hasil pendidikan hanya dilihat dari seberapa banyak pengetahuan yang diserap peserta didik, tetapi tidak pada kesadaran diri peserta didik untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
3. Sistem pendidikan Islam harus menempatkan Al-Qur’an maupun As-Sunah sebagi pemberi petunjuk ke arah mana proses pendidikan digerakkan.
4. Pembaharuan epistemologi pendidikan Islam seharusnya dikembangkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan Islam harus mampu melahirkan ilmuwan yang berfikir kreatif, otentik dan orisinal, tidak dengan cara mengingat atau mengulang tetapi dengan cara berfikir.
5. Dalam upaya membangun epistemologi pendidikan Islam seharusnya para pakar dan pemegang kebijakan dalam pendidikan Islam mengadakan pembaharuan secara komprehensif terhadap metode atau pendekatan yang dipakai membangun pendidikan Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar