Selasa, 30 Juni 2015

Tafsir

Surat al-Fajr
الرَّحِيمِ الرَّحْمنِ اللهِ بِسْمِ
A.    PENGERTIAN SURAH AL-FAJR
Surah al-Fajr dalam (bahasa arab: “Fajar”) adalah surah ke-89 dalam al-Qur’an. Surah ini tergolong surah Makkiyah yang terdiri atas 30 ayat. Dinamakan al-Fajr yang berarti Fajar diambil dari perkataan al-Fajr  yang terdapat pada ayat pertama surah surah ini.
Isi Kandungan :
1.    Allah bersumpah bahwa azab terhadap orang-orang kafir tidak dapat dielakkan
2.    Beberapa contoh dari umat-umat yang sudah dibinasakan kenikmatan hidup atau bencana yang dialami oleh seseorang bukanlah tanda pengormatan atau penghinaan Allah kepadanya, melainkan cobaan belaka
3.    Kecaman terhadap orang yang memakan harta warisan dengan campur aduk dan orang yang amat mencintai harta
4.    Malapetaka yang dihadapi orang-orang kafir pada hari kiamat
5.    Orang–orang yang berjiwa Muthamainnah (tenang) mendapat kemuliaan di sisi Allah.

B.    MUNASABAH
Dalam ayat-ayat terakhir surah al-Ghasiyyah yang lalu, Allah menyatakan bahwa manusia pasti mati dan pasti menghadap-Nya nanti di akhirat. Dalam ayat-ayat berikut, Allah bersumpah dengan fajar dan malam hari-hari tertentu setiap hari untuk menunjukkan bahwa Ia mahaKuasa baik dalam mengelola maupun menghancurkan alam ini bila sudah tiba waktunya, serta menghidupkan manusia kembali untuk meminta pertanggungjawaban mereka.

C.    TAFSIR (ayat 1-5)

MAKNA SUMPAH ALLAH DENGAN HARI-HARI PENTING
وَالْفَجْرِ
وَلَيَالٍ عَشْرٍ
وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ
وَاللَّيْلِ إِذَا يَسْرِ
هَلْ فِي ذَلِكَ قَسَمٌ لِّذِي حِجْرٍ



•    (1) Allah bersumpah dengan fajar. Fajar ynag dimaksud ialah fajar yaumun-nahr (hari penyembelihan kurban), yaitu tanggal 10 dzulhijjah, karena ayat berikutnya membicarakan “malam yang sepuluh”, yaitu sepuluh hari pertama bulan itu.
•    (2) Berikutnya Allah bersumpah dengan “malam yang sepuluh”. Yang dimaksud adalah sepuluh hari pertama bulan dzulhijjah, yang merupakan hari-hari yang sangat dimuliakan beramal pada hari-hari tersebut.
•    (3) Berikutnya lagi Allah bersumpah dengan “yang genap dan yang ganjil”, “yang genap adalah yaumun-nahr diatas, yaitu tanggal 10 dzulhijjah, dan “yang ganjil” adalah hari ‘Arafah, yaitu tanggal 9 dzulhijjah. Itu adalah hari-hari yang dimuliakan juga. Tanggal 9 dzulhijjah adalah hari wukuf dipadang ‘Arafah, yaitu hari dimulainya ibadah haji, dan tanggal 10 dzulhijjah adalah hari dimulai penyembelihan hewan kurban.
•    (4) Selanjutnya Allah bersumpah dengan “malam ketika berlalu”. Malaam yang dimaksud adalah malam ketika jama’ah haji sudah berlalu dari ‘Arafah dan singgah di Muzdhalifah dalam perjalanan menuju Mina dalam pelaksanaan ibadah haji.
•    (5) Pesan yang disampaikan Allah dengan bersumpah di atas adalah bahwa orang yang mau mengunakan akalnya harusnya mengerti bahwa Allah Maha kuasa mengadakan, memelihara, menghancurkan, dan menghidupkan kembali alam ini. 

KEHANCURAN UMAT-UMAT TERDAHULU KARENA KEDURKAAN MEREKA
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ
إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ
الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلَادِ
وَثَمُودَ الَّذِينَ جَابُوا الصَّخْرَ بِالْوَادِ
وَفِرْعَوْنَ ذِي الْأَوْتَادِ
الَّذِينَ طَغَوْا فِي الْبِلَادِ
فَأَكْثَرُوا فِيهَا الْفَسَادَ
فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍ
إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ
•     (6-8) Allah bertanya kepada Muhammad, yang maksudnya untuk memberitahukan kepada beliau atau siapa saja untuk direnungkan, tentang kaun ‘Ad. Kaum ini adalah umat Nabi Hud yang mendiami daerah yang disebut Ahqaf di daerah Hadramaut, Yaman. ‘Ad adalah nama nenek moyang mereka, ‘Ad bin Iram bin Sam bin Nuh. Mereka diberi nama dengan nama nenek moyang mereka itu. Mereka terkenal sebagai bangsa ynag kuat dan memiliki tubuh yang tinggi, besar, dan perkasa. Bukti keperkasaan mereka adalah bahwa mereka telah mampu membangunn kota yang disebut Iram dengan gedung-gedung yang kokoh, tinggi, dan megah untuk ukuran pada masa itu. Allah tetap mampu menghancurkan mereka sehingga hanya tinggal nama. Semua itu akibat pembengkangan mereka terhadap Allah dan kesewenangan-kesewenangan mereka kepada manusia.
•    (9) begitu juga Allah menghancurleburkan kaum Samud, umat nabi Saleh. Bangsa ini juga telah memiliki peradaban yang tinggi, yang ditunjukkan oleh kemampaun mereka membangun gedung-gedung megahditempat-tempat datar dan memotong, memahat batu-batu dipegunungan untuk dibuat tempat-tempat peristirahatan, serta membuat relief-relief dan perhiasan dari batu atau marmer.
•    (10) Allah juga telah menghancurkan Fir’aun, ia terkenal sebagai raja yang zalim bahkan memandang dirinya adalah sebagai tuhan bangsa Mesir. Bangsa ini dibawah Fir’aun juga telah emncapai peradaban yang tinggi, diantara buktinya adalah kemampuan mereka membangun piramid-piramid yang merupakan salah satu keajaiban dunia sampai sekarang.
•    (11) Semua bangsa ynag telah disebutkan diatas, yaitu kaum ‘Ad, Samus, dan Fir’aun telah melakukan sewenang-wenang dibumi ini.
•    (12) disamping itu, mereka telah melakukan kerusakan dibumi , seperti menindas kaum yang lemah bahkan membunuh siapa saja yang mereka hendaki.
•    (13) Akhirnya Allah “menumpahkan kepada mereka cemeti azab”, yang berarti bahwa tersebut dicurahkan seluruhnya kepada mereka sehebat-hebatnya, sehingga mereka hancur lebur tak tersisa yang tertinggal hanyalah nama untuk diingat orang.
•    (14) Allah menegaskan bahwa Ia sungguh amat kuat pengawasan-Nya terhadap makhluk-Nya. Oleh karena itu, yang membengkang dan bergelimang dosa seharusnya sadar dan kemudian beriman dan tobat dari dosa-dosanya.

MEMPEROLEH NIKMAT BUKANLAH TANDA ALLAH SAYANG DAN SEBALIKNYA
فَأَمَّا الْإِنسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ
وَأَمَّا وَتَأْكُلُونَ التُّرَاثَ أَكْلًا لَّمًّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ
كَلَّا بَل لَّا تُكْرِمُونَ الْيَتِيمَ
وَلَا تَحَاضُّونَ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ
وَتَأْكُلُونَ التُّرَاثَ أَكْلًا لَّمًّا
وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا
•    (15) ayat ini menyatakan bahwa Allah menguji manusia dengan kemuliaan dan berbagi nikmat-Nya, seperti kekuasaan dan kekayaan. Orang yang kafir dan durhaka akan memandang hal itu sebagai tanda bahwa Allah menyayangi mereka. 
•    (16) sebalinya, bila Allah menguji mereka dengan cara membatasi rezeki, mereka menyangka bahwa Allah telah membenci mereka. Pandangan itu tidak benar, karena Allah memberi siapa yang disukai-Nya atau tidak memberi siapa yang tidak disukai-Nya. Allah ingin menguji manusai, dan karena itu Ia menghendaki agar manusai itu selalu patuh kepada-Nya. Bila Allah memberi, maka manusia yang diberi harus bersyukur, dan bbila Ia tidak memberi, maka manusia harus bersabar.
•    (17) akan tetapi banyak manusia yang ingkar, mereka tidak mensyukuri nikmat yang diberikan kepadanya. Bersyukur adalah mengucapkan kata-kata syukur dan menggunakan nikmat itu sesuai dengan ketentuan Yang Memberinya.
•    (18) disamping itu, mereka tidak menaruh kasihan pada penderitaan orang miskin. Jangankan untuk melepaskan mereka dari kemiskinan, membantu mencukupkan kebutuhan pokok mereka saja mereka tidak ada perhatian.
•    (19) tambahan lagi manusia yang ingkar dan durhaka itu sangat tamak. Mereka tega merampas harta warisan yang menjadi hak anak yatim secara akal-akalan.
•    (20) orang yang durhaka itu terus-menerus mencari dan mengumpulkan kekayaan tanpa mengenal rasa lelah dan tidak peduli halal atau haram. Disamping itu mereka juga pelit, tidak mau mengeluarkan kewajiban berkenaan harta, yaitu membayar zakat dan membantu orang yang berkekurangan.      

PENYESALAN ORANG KAFIR PADA HARI KIAMAT
كَلَّا إِذَا دُكَّتِ الْأَرْضُ دَكًّا دَكًّا
وَجَاء رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا
وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنسَانُ وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرَى
يَقُولُ يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي
فَيَوْمَئِذٍ لَّا يُعَذِّبُ عَذَابَهُ أَحَدٌ
وَلَا يُوثِقُ وَثَاقَهُ أَحَدٌ
•    (21-23) dalam ayat ini, Allah memberitahukan bahwa irang-orang kafir itu nanti di akhirat akan menyesal. Allah memberitahukan bahwa dunia ini akan hancur karena planet-planet ini akan bertubrukan satu sama lain dengan dahsyatnya dan semua makhluk akan mati. Setelah itu Allah menghidupkan semua makhluk itu kembali dan menghadapkan mereka di Padang Mahsyar. Kemudian Allah dan para malaikat membuat farmasi-farmasi khusus memeriksa setiap amal manusia. Waktu itu neraka Jahannam dihadapkan kepada orang-orang yang durhaka ketika di dunia. Waktu itu mereka yang durhaka akan sadar atas kedurkahannya. Akan tetapi, sadar pada waktu itu tidak ada gunanya, karena “nasi sudah menjadi bubur”, dunia tempat beramal sudah berakhir, dan yang ada hanyalah tempat melihat hasil amal di dunia.
•    (24) ketika itu orang-orang yang durhaka menyesali diri mereka mengapa dulu di dunia tidak melakukan sesuatu yang berguna untuk kehidupannya di akhirat.
•    (25) di akhirat yang ada hanyalah azab bagi orang-orang yang durhaka. Azab itu tiada tara sehingga tidak ada bandingannya. Azab itu dijatuhkan sesuai dengan dosa-dosa mereka pada waktu itu.
•    (26) pada waktu itu tidak ada yang lebih dipercaya dalam melaksanakan tugasnya selain malaikat Zabaniyah. Malaikat itu melaksanakan tugasnya persis sebagiamana yang diperintahkan Allah, yaitu bahwa orang yang durhaka itu akan diazab di dalam neraka Jahannam sesuai dengan dosa-dosa mereka.

TEMPAT KEMBALI JIWA YANG TENANG
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ
ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً
فَادْخُلِي فِي عِبَادِي
وَادْخُلِي جَنَّتِي
•    (28-30) dalam ayat-ayat ini, Allah memanggil jiwa yang tenang dan damai ketika diwafatkan, yaitu jiwa yang suci karena iman dan amal saleh yang dikerjakannya, sehingga memperoleh apa yang dijanjikan Allah kepadanya. Jiwa itu diminta Allah untuk pulang memenuhi panggilan-Nya dengan menghadap kepada-Nya kembali dengan perasaan puas dan senang karena telah memenuhi perintah-perintah-Nya waktu hidup didunia. Allah juga puas dan senang kepadanya karena sudah sudah menjalankan perintah-perintah-Nya. Setelah datang kepada-Nya, jiwa itu dipersilahkan Allah masuk ke dalam kelompok hanba-hamba-Nya, yaitu kedalam surga-Nya.

D.    PENUTUP
Surah al-Fajr berisi pesan bahwa kepuasan hidup di dunia terdapat pada perbuatan baik sesama manusia dan menjauhi perbuatan jahat. Kepuasan hidup di dunia itu akan berbalas kepuasan hidup pula di akhirat, yaitu memperoleh cinta dari Allah dan masuk surga-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar